Aku adalah…
Aku adalah matahari. Ya, matahari yang selalu bersinar separuh hari. Aku datang dengan perlahan-lahan., membangunkan bumi yang sedang terlelap, untuk segera memulai aktivitasnya. Aku tak perduli, walau manusia tetap tertidur, atau mencaci-maki dengan sejuta kata tak bermakna. ]
Aku memang angkuh, karena aku tak dilahirkan untuk berperasaan. Aku punya tugas yang harus kujalani, setiap hari, selangakh dengan perjalanan waktu. Aku bercahaya, mengusir kegelapan yang menggurita. Aku cinta pada alam semesta. Aku bukan apa-apa tanpa mereka. Aku tak marah walau harus tersaput awan gelap yang menurunkan hujan. Aku tahu manusia selalu mengucapkan sumpah-serapah saat aku ada, namun memuja-muja saat aku harus ada.
Aku adalah bulan. Bulan yang tak selalu datang dalam tiap malam. Dan kau pun mengerti, raut wajahku tak selalu sama. Namun tetap saja, aku harus selalu tersenyum dalam tiap suasana, walau ingin aku menangis sekali saja bila melihat alam semesta tak seindah dulu. Aku harus hidup oleh cajaya yang lain, jika tidak aku tak mampu menjadi penerang jalan dalam hutan tak terjamah, penhibur dalam tiap insane yang merindukanku. Aku selalu bersenandung, tak perduli dalam keheningan maupun kebisingan. Aku cinta malam-malamku…
Aku adalah bintang. Tak seperti bulan, aku punya kerlap-kerlip cinta yang brcahaya dalam segala suasana, walau kadang tak terjamah dalam hati manusia. Walau cahayaku lemah, aku tetap berusaha hadir bila malam terang. Aku cinta keberadaanku untuk menjadi teman bagi bulan di tiap malam.
Aku adalah angin. Aku terbang dari satu tempat ke tempat lain, menjelajah di tiap sudut, di tiap jengkal bumi ini. Aku bisa lembut nan syahdu,menyanyikan lagu-lagu manis penghibur hati, penghilang gundah gulana tiap jiwa. Namun bila aku marah, aku dating sebagai pembawa kehancuran. Akan kupatahkan tiap ranting, kucabut akar dari bumi, kuterbangkan semua yang kulalui dan merusaknya. Aku menangis karena kucinta semua dan harus kuhancurkan.
Aku adalah awan. Kadangkala berwarna seputih kapas kala cerah suasana hatiku, dan kelabu pekat warnaku bila aku sudah tak sanggup lagi tersenyum. Akan kutebarkan panah-panah petirku dan menancapkannya hingga serasa terbelah bumi ini. ,atahari pun tak akan sanggup mengalahkanku. Namun aku pasti akan kembali mejadi awan seputih salju, yang merayap dan melindungi tiap jengkal dari bumi yang kucinta ini.
Mereka menyebutku salju. Turunda ri langit, putih dan lembut namun membekukan apa saja. Sesederhana warnaku, tak pernah aku angkuh ketika harus turun ke bumi dan meleleh menjadi genangan air kembali. Senyum dan tawa mereka yang hadir tatkala aku turun ke bumi adalah rona keindahan yang terpancar menyucikan hati. Kuncup bunga pun mekar, layaknya permata dalam hamparan bunga. Sungguh kucinta hadirku dalam melukis senyum tulus di bibir mereka.
Saat aku mengunjungi bumi ini, akupun terjun danmeresap di dalamnya. Kata mereka, aku ini air hujan. Ada yang memujiku dan ada yang mencaciku. Aku tak perduli, karena aku hadir bukan karena kemauanku sendiri. Namun sesungguhnya seperti yang lain, aku mencintai bumi sebagai tempat pendaratanku sebelum kembali menjadi hujan lagi.
Sebut aku bumi. Aku adalah ibu dari kehidupan semua makhluk. Aku mencintai anak-anakku seperti aku mencintai diriku sendiri. Kusapih mereka dengan penuh kasih sayang hingga alam tetap terjaga. Walau harus menangis karena kian lama anak-anakku memusuhiku, menghancurkan apa yang telah kuberikan kepadanya, membunuhku secara perlahan-lahan. Namun aku adalah ibu dari semua makhluk, yang selalu mencintai anak-anaknya dengan sepenuh hati walau tak berbalas. Karena diriku mereka bisa hidup, bisa berpijak dan menjalani kehidupannya seiring roda waktu bergulir…
Dan aku adlah jiwa yang tersesat, terperangkap dalam ruang hampa, hanya sanggung terbang, menyaksikan bumi menangis kala angin, hujan, manusia dan semua anaknya tak lagi mencintai dengan sepenuh hati. Aku hanya menunggu dan menunggu, sampai semua anak bumi tak lagi membunuh ibunya sendiri, nmun membalas semua kasih sayang tanpa pamrih bagi tempat mereka mampu berjalan dan menjalani kehidupannya…
Aku jiwa yang melayang bagai peri hutan belantara, yang hanya sanggup berdo’a, cinta sejati akan sellau hadir di hati siapapun, wlaau hanya setetes harapan yang ada, karena dengan cinta, kita bisa merubah segalanya…
The End
